Rabu, 30 Desember 2015


 London (AFP) - Smoking is bad for pets too, the University of Glasgow said Tuesday, citing an ongoing study into the effects of second-hand smoke on dogs and cats.
Research under way at the Scottish institution has found that pets living in a smoky environment have a higher risk of health problems including some animal cancers, cell damage and weight gain.
"Pet owners often do not think about the impact that smoking could have on their pets," said Clare Knottenbelt, professor of small animal medicine and oncology.
"Our findings show that exposure to smoke in the home is having a direct impact on pets.
"It risks ongoing cell damage, increasing weight gain after castration and has previously been shown to increase the risk of certain cancers."
While dogs can take in significant amounts of smoke, the university study shows cats are "even more affected".
"This may be due to the extensive self-grooming that cats do, as this would increase the amount of smoke (chemicals) taken in to the body," said Knottenbelt.
The research so far has found that while outdoor access made little difference for cats, smoking away from them did reduce the amount taken into the body.
It has found that when smokers light up fewer than 10 times a day, nicotine levels dropped significantly, but were nonetheless noticeably higher than in cats from non-smoking homes.
An examination of the testicles of castrated dogs found that a gene, which acts as a marker of cell damage, was higher in dogs living in smoking homes.
Dogs living with a smoker also gained more weight after neutering.
The finished research paper is expected to be published in 2016.

sumber:  http://news.yahoo.com/smoking-bad-pets-study-shows-191609016.html

#stopsmoking #smokingaintgood #takecareofanimals #weloveanimals 

Jumat, 04 September 2015

BAKTERI & VIRUS

Sel Bakteri

Struktur sel bakteri relatif sederhana yaitu tanpa nukleus atau inti sel. DNA bakteri tidak tersebar dalam membran melainkan melingkar dalam suatu tempat khusus sitoplasma yang disebut nukleolus. Berikut ini merupakan struktur dasar sel bakteri: 


1. Kapsul - Kapsul merupakan lapisan lender yang memberikan tambahan lapisan luar untuk melindungi sel dari organisme lain. Fungsinya untuk mempertahankan kelembaban, membantu sel untuk menempel pada permukaan, dan sebagai cadangan makanan. 

2.  Piliberupa filamen atau benang, seperti struktur pada permukaan sel yang menempel pada sel bakteri lainnya.
  1. Flagela memiliki ciri bentuk yang panjang, ujungnya seperti proyeksi yang merupakan alat gerak dari bakteri menuju cahaya. Flagela memiliki konsentrasi oksigen lebih tinggi, mengandung bahan kimia seperti gula, asam amino, dan lingkungan yang lebih menguntungkan. Gerakan mendekat atau menjauh dari stimulus kimia disebut kemotaksis.
  2. Plasmid berisi gen-gen penting untuk pertahanan sel bakteri terhadap lingkungannya yang tidak mnguntungkan dan sebagian besar plasmid memiliki struktur DNA sirkuler.

    Reproduksi bakteri

    Selama berlangsungnya pembelahan biner, proses membesar-memanjang sel dan kromosom terjadi secara berulang sehingga menghasilkan bentuk yang sama. Sebuah membran plasma baru dan dinding sel terbentuk dan memisahkan sel menjadi dua sel yang identik.

    Kelangsungan Hidup Bakteri

    Pada kondisi yang tidak menguntungkan, beberapa bakteri memproduksi bentuk pertahanan hidup yang disebut endospora. Endospora mampu bertahan hingga kondisi lingkungan kembali menguntungkan dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun (desinfektan, antibiotic) dan radiasi UV. 
Struktur Virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskip berupa partikel tak hidup yang masuk dan berkembang biak di dalam sel hidup. Sel inang bertanggung jawab untuk menyediakan sumber energi bagi virus. Bakteriofag adalah virus yang menginfeksi bakteri.
Replikasi virus secara umum terbagi menjadi 2, yaitu siklus litik dan siklus lisogenik. Pada siklus litik, sel inang melakukan replikasi yaitu penggandaan DNA atau RNA. Gen virus membutuhkan sel inang untuk membuat kapsid protein yang lebih pada virus dan enzim yang diperlukan untuk proses replikasi virus. Protein mantel akan membentuk virus baru di sekitar asam nukleat. Virus baru yang telah dibentuk akan meninggalkan sel melalui eksositosis kemudian menyebabkan penghancuran pada membran sel atau disebut dengan lisis, lalu melepaskan virus baru untuk menginfeksi sel lainnya.

Pada  siklus lisogenik, merupakan tahap penyisipan atau penggabungan DNA virus ke dalam kromosom sel inang. Setelah tergabung dengan genom inang, dengan demikian sel yang terinfeksi akan terkena virus secara permanen. Meskipun gen virus kemungkinan akan aktif selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, lalu akan diaktifkan kembali dan mengakibatkan terjadinya siklus litik. Gen virus membutuhkan sel inang untuk mensintesis lebih banyak virus dan virus baru akan meninggalkan sel melalui eksositosis atau menyebabkan sel untuk dilisiskan.
Struktur Virus
1. Asam nukleat, sebuah virus dapat mengandung DNA atau RNA, tetapi tidak dapat mengandung keduanya secara bersama. Keduanya merupakan bagian inti dari virus.  
2.Kapsid - mantel protein yang melindungi asam nukleat dan membantu virus menginfeksi sel-sel baru.  
3.Selubung - terbuat dari lemak dan protein dan dapat membantu virus masuk ke sistem dan menyerang sel-sel baru yang tanpa disadari. 

Retrovirus
Retrovirus tidak mengandung DNA, melainkan mengandung RNA sebagai materi genetik. Misalnya ketika terserang HIV atau human immunodeficiency virus, setelah menginfeksi sel, virus bergerak ke dalam sitoplasma sel inang dan RNA virus dilepaskan. Transkriptase terbalik mensintesis DNA beruntai ganda menggunakan RNA virus beruntai tunggal sebagai contoh. Setelah DNA dari gen retrovirus telah dimasukkan ke dalam genom sel, sel salinan gen-gen tersebut sebagai bagian dari proses replikasi normal.
Prion
Prion adalah penyakit menular yang hanya terdiri dari protein yang dapat menyebabkan infeksi. Saat ini telah diyakini bahwa adanya penyakit disebabkan oleh prion, hipotesis ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan selama beberapa dekade oleh Stanley B. Prusiner pada tahun 1982, yaitu seorang ilmuwan yang pertama kali melakukan penelitian terhadap prion. Prion biasanya ada dalam sel, namun prion yang bermutasi hanya kepada orang-orang yang mengidap penyakit hasil dari penyakit sapi gila pada sapi atau disebut dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob pada manusia.

Sumber: www.learn.quipper.com